Tafsir Orang Awwam di Indonesia
Artikel ini pada intinya mengelaborasi dua buku yang beredar luas di kalangan orang awwam (dalam studi Islam, istilah ini merujuk pada kelompok Muslim yang tidak menguasai Bahasa Arab dan tidak dididik dalam kesarjanaan ilmu-ilmu Islam tradisional). Kajian ini penting mengingat masyarakat Indonesia, sebagai komunitas Muslim terbesar di dunia, sebahagian besarnya masuk dalam kategori ini.
Buku yang pertama adalah kitab kecil berjudul “senjata Mukmin”, sebuah kitab berbahasa melayu dengan aksara Arab yang ditulis oleh seorang ulama Borneo, Husein Qadri (1906-1966). Kitab ini memuat panduan agar pembacanya melaksanakan “amalan” tertentu untuk tujuan tertentu pula.
Sementara yang kedua berjudul “Nalar ayat-ayat semesta”, sebuah buku yang ditulis oleh Agus Purwanto untuk memunculkan memadu-madankan al-Qur’an dengan perkembangan sains modern.
Meskipun berbeda dalam hal format penulisan, genre, dan konten, keduanya memiliki kesamaan, yaitu ditulis untuk dikonsumsi orang banyak (bukan akademisi).
Artikel ini mengungkapkan bahwa penulisan kitab senjata mukmin lebih kompleks dari yang terlihat. Husein Qadri jelas melakukan improvisasi terhadap material Fadha’il (riwayat-riwayat yang memuat keutamaan-ketumaan bacaan tertentu). Komposisi ayat-ayat al-Qur’an yang disusun oleh Qadri memiliki dua level kegunaan. Di satu sisi, dia bisa dibaca apa adanya sesuai instruksinya, bahwa barang siapa membaca susunan ayat ini, hajatnya akan terpenuhi dan akan terhindar dari marabahaya. Di sisi lain, urutan ayat ini mengandung makna bahwa untuk mendapatkan perlindungan, manusia harus percaya dan taat kepada Allah.
Teknik yang sama bisa digunakan terhadap semua “amalan-amalan” yang disusun Qadri.
Sementara buku Purwanto, pada intinya mengunggulkan supremasi Bahasa Arab lewat keindahan dan presisinya dalam mengungkap fakta-fakta sains modern. Artikel ini memuat dua contoh: Q. 27: 18 tentang ratu semut dan Q. 76: 17 tentang minuman-minuman di surga. Purwanto memiliki tugas lain selain menafsirkan ayat tersebut secara saintifik, yaitu untuk membuat tafsirnya menarik untuk dibaca oleh masyarakat umum. Ini membuatnya harus mempertimbangkan penjelasan mana yang harus ia sertakan dalam penafsirannya, agar sesuai dengan konteks audiens Indonesia.
Secara umum, kontribusi artikel ini terletak pada bagaimana ia secara apik menyajikan kedua contoh tafsir al-Qur’an yang anti-mainstream. Ini sekaligus mengamini usulan beberapa akademisi Modern agar definisi Tafsir diperluas.
Kedua, Artikel ini berhasil mengungkapkan bahwa menulis Tafsir untuk orang awwam lebih sulit, karena selain fokus pada konten, si mufassir juga musti mempertimbangkan tampilan. Dan ketiga, artikel ini menekankan bagaimana para mufassir di negara yang tidak berbahasa Arab menekankan pembacanya untuk mempelajari bahasa al-Qur’an ini.
How to cite this Article: Muammar Zayn Qadafy, “Tafsir Orang Awwam di Indonesia”, studitafsir.com (blog), November 18, 2020 (+ URL dan tanggal akses)
Detil Artikel yang diringkas bisa didownload di sini