
Tafsir Kontemporer: Kebangkitan Teologi Skriptualis
Pengantar Redaksi
Tim Studi Tafsir melalui platform studitafsir.com, sesuai namanya, berkomitmen untuk
konsisten mendiseminasikan tulisan-tulisan akademik di bidang kajian al-Qur’an dan Tafsir.
Tulisan yang dipublikasikan merupakan hasil review maupun terjemahan atas artikel-artikel
akademik yang novelty-nya menarik untuk didiskusikan lebih lanjut dalam lingkup kesarjanaan alQur’an dan Tafsir.
Artikel kali ini yang ditulis oleh Edriyani Azwaldi ini merupakan terjemahan atas artikel dari Walid A. Saleh, salah satu sarjanawan yang concern pada studi al-Qur’an dan Tafsir di Universitas Toronto, yang berjudul “Tafsir Kontemporer: Kebangkitan Teologi Skriptualis”.
Sebagai pengantar, ada tiga materi utama yang diuraikan serta didiskusikan di dalam artikel tersebut. Pertama ialah mengenai “Kematian Kalam dan Kebangkitan Teologi Skriptualis”. Sub pembahasan ini mengindikasikan bahwa kalam atau diskursus teologi Islam klasik telah menemui “ajal”-nya di tengah kebangkitan zaman modern.
Kalam, dalam terminologi klasik, tidak lagi menemukan tempatnya dalam kajian-kajian modern umat Islam, namun justru menemukan konsepsi barunya melalui kajian atau penafsiran atas teks agama yang mendapatkan angin segar.
Selanjutnya istilah “Teologi Skriptualis” menjadi teologi baru yang menarik untuk didudukkan
dan direfleksikan ulang.
Selanjutnya dibahas persoalan “Revolusi Mesin Cetak, Internet dan Penyebaran Karya Tafsir”. Pembahasan ini menitikberatkan pada konsekuensi dari adanya perubahan secara radikal (disrupsi) atas akses terhadap informasi maupun karya-karya di bidang Tafsir. Ragam konsekuensi yang dihadirkan dalam tulisan tersebut, khususnya yang berkaitan dengan asumsi misi politis maupun resepsi sosial, membuka keran-keran baru bagi penelitian lanjutan yang lebih serius dalam mengamatinya. Poin ini memberikan nilai lebih terhadap artikel yang sedang/ akan dibaca saat ini. Terakhir, sub pembahasan “Tipologi Tafsir Kontemporer menurut Ahmidah Nayfar dan Johanna Pink” menjadi penutup atas artikel ini. Pembahasan pamungkas ini mengelaborasi analisa dari dua sarjana yang berpengaruh dalam melihat berbagai tipologi tafsir kontemporer. Nayfar dengan karyanya al-Insan wal-Qur’an: Wajhan li Wajhin menggambarkan bahwa ada lima tren besar dalam tafsir modern, meskipun dianggap masih terlalu Arab-sentrisme.
Selanjutnya, Johanna Pink melalui serangkaian artikel dan monograf berupaya melengkapi kekurangan Nayfar dengan memperluas cakupan pengamatannya pada karya-karya tafsir modern dari wilayah dunia Islam lain yang belum tersentuh seperti di Turki, Melayu dan Indonesia. Apa yang dilakukan Pink menjadi kontribusi baru yang tidak hanya memperluas scope kajian Nayfar, namun juga membuka kemungkinan untuk dilanjutkan pada wilayah yang lebih luas lagi. Sebagai penutup, tim redaksi mengucapkan selamat membaca dan menyerahkan segenap tanggung jawab atas substansi tulisan yang dimuat kepada penulisnya. Studi Tafsir selalu terbuka terhadap masukan dan saran serta partisipasi pembaca untuk turut serta menyemarakkan diseminasi review dan penerjemahan atas kajian-kajian akademik pada bidang al-Qur’an dan Tafsir dengan mengirimkannya via website studitafsir.com. (Ed: AJK)
Untuk mendapatkan tulisan dari Walid Saleh di atas, silahkan klink di bawah ini:
https://drive.google.com/file/d/1b7KYo6Ks-5AyRUPLJeNqATFKQco3QjEB/view
https://studitafsir.com/wp-content/uploads/2022/05/Edriyani_Tafsir-Kontemporer-Edit-2.pdf